SPIRIT MBS AL HIKMAH CEPU 🌻
Siapapun dari kita pasti ingin menjadi orang yang mulia, baik di hadapan Allah maupun sesama manusia. Lalu siapakah yang dimaksud dengan orang mulia itu, sehingga dicintai Allah dan Rasulnya, juga orang-orang mukmin lainnya. Bukanlah orang yang sakti, orang yang kaya atau pejabat yang menyandang gelar sebagai orang kuat nan mulia. Akan tetapi, orang yang mampu mengendalikan kemarahannya, itulah orang yang paling kuat dan mulia. Begitu pesan Rasulullah Saw yang patut kita teladani. Seseorang disebut mulia jika dilimpahi rahmat dan dilindungi oleh Allah SWT.
Nah, agar mendapat rahmat dan perlindungan Allah, Rasulullah Saw telah bersabda, "Ada tiga hal yang apabila itu di lakukan akan dilindungi Allah dalam pemeliharaan-Nya, ditaburi rahmat-Nya, dan di masukkan ke dalam surga-Nya, yaitu Apabila diberi, ia bisa berterima kasih; apabila ia berkuasa, ia suka memaafkan; dan apabila marah, ia mampu menahan diri," (HR Hakim dan Ibnu HIbban dari Ibnu Abbas).
1. Mau Berterima kasih
Ucapan terima kasih memang terkesan sederhana. Ucapan terima kasih menjadi indikasi bahwa kita mensyukuri pemberian seseorang. Rasulullah Saw bersabda, :
مَنْ صُنِعَ إِلَيْهِ مَعْرُوْفٌ فَلْيَجْزِهِ، فَإِنْ لَمْ يَجِدْ مَا يَجْزِيْهِ فَلْيُثْنِ عَلَيْهِ، فَإِنَّهُ إِذَا أَثْنَى عَلَيْهِ فَقَدْ شَكَرَهُ وَإِنْ كَتَمَهُ فَقَدْ كَفَرَهُ …
"Barang siapa diperlakukan baik (oleh orang), hendaknya ia membalasnya. Apabila dia tidak mendapatkan sesuatu untuk membalasnya, hendaknya ia memujinya. Jika ia memujinya, maka ia telah berterima kasih kepadanya, namun jika menyembunyikannya, berarti dia telah mengingkarinya.," (HR. al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad, lihat Shahih al-Adab al-Mufrad no. 157)
Subhanallah, begitulah indahnya Islam. Bahkan, saat hijrah, Rasulullah Saw juga berpesan agar orang-orang Muhajirin mengucapkan terima kasih kepada kaum Anshar yang telah menolong dan membantunya. Ketika kita orang-orang Muhajirin datang kepada Nabi Saw dengan mengatakan, "Wahai Rasulullah, orang-orang Anshar telah pergi membawa seluruh pahala. Kami tidak pernah melihat suatu kaum yang paling banyak pemberiannya dan paling bagus bantuannya di saat kekurangan selain mereka. Mereka juga telah mencukupi kebutuhan kita. Nabi Menjawab, 'Bukankan kalian telah memuji dan mendoakan mereka?' Para Muhajirin menjawab, 'Iya." Nabi Bersabda, 'Itu dibalas dengan itu'," (HR Abu Dawud dan An Nasai).
2. Mau Memaafkan
Nasihat Rasulullah Saw selanjutnya adalah mudah memaafkan. Tak sekedar memaafkan, ketika kita sedang ada peluang, misalnya saat berkuasa, lalu bersedia memaafkan, sungguh itulah akhlak yang luar biasa. Dalam sebuah hadits qudsi disebutkan bahwa Nabi Musa As pernah bertanya kepada Allah SWT, "Ya Rabbi! Siapakah di antara hamba-Mu yang lebih mulia menurut pandangan-Mu? Allah berfirman, 'Ialah orang yang apabila berhasil menguasai musuhnya dapat segera memaafkannya'," (HR Kharaithi dari Abu Hurairah).
Bahkan, Allah SWT menjamin akan memaafkan kita jika kita bersedia memberi maaf kepada orang lain. Di dalam Alquran telah disinggung,
وَلَا يَاۡتَلِ اُولُوا الۡـفَضۡلِ مِنۡكُمۡ وَالسَّعَةِ اَنۡ يُّؤۡتُوۡۤا اُولِى الۡقُرۡبٰى وَالۡمَسٰكِيۡنَ وَالۡمُهٰجِرِيۡنَ فِىۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِ ۖ وَلۡيَـعۡفُوۡا وَلۡيَـصۡفَحُوۡا ؕ اَلَا تُحِبُّوۡنَ اَنۡ يَّغۡفِرَ اللّٰهُ لَـكُمۡ ؕ وَاللّٰهُ غَفُوۡرٌ رَّحِيۡمٌ
22. dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka mema'afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS An Nuur: 22)
Ayat ini berhubungan dengan sumpah Abu Bakar r.a. bahwa Dia tidak akan memberi apa-apa kepada kerabatnya ataupun orang lain yang terlibat dalam menyiarkan berita bohong tentang diri 'Aisyah. Maka turunlah ayat ini melarang beliau melaksanakan sumpahnya itu dan menyuruh mema'afkan dan berlapang dada terhadap mereka sesudah mendapat hukuman atas perbuatan mereka itu.
3. Mau Mengendalikan Marah.
Sifat dan teladan Rasulullah selanjutnya adalah mengendalikan marah. Diungkapkan oleh Rasulullah Saw, "Orang kuat bukanlah orang yang menang bergulat, tetapi yang disebut orang kuat adalah orang yang bisa mengendalikan dirinya pada saat marah," (HR Bukhari dan Muslim).
Masya Allah, marah (ghadlab) memang fitrah dari Allah SWT kepada manusia. Setiap manusia pasti pernah merasakan rasa amarah. Namun demikian, Islam telah memerintahkan umatnya agar bisa menahan amarah. Allah SWT berfirman, ".....Dan orang-orang yang bisa menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain," (QS Ali Imran: 135).
Ayat ini menjelaskan bahwa mengendalikan amarah adalah salah satu sifat orang-orang yang bertakwa serta berbudi pekerti luhur. Nabi Saw bersabda kepada Uqbah bin Amir Ra, "Wahai Uqbah, maukah engkau aku beritahukan budi pekerti yang paling utama ahli dunia dan akhirat, yaitu menyambung silaturahim dengan orang yang telah memutuskannya, memberi orang yang tidak pernah memberimu, dan memaafkan orang yang pernah menganiayamu.
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَوْصِنِيْ ، قَالَ : (( لَا تَغْضَبْ )). فَرَدَّدَ مِرَارًا ؛ قَالَ : (( لَا تَغْضَبْ )). رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ
"Dari Abu Hurairah ra. bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Muhammad SAW : “Berilah aku wasiat”. Beliau menjawab, “Engkau jangan marah!” Orang itu mengulangi permintaannya berulang-ulang, kemudian Nabi saw. bersabda: “La Tagh-Dhob; Jangan marah!" (H.R. Bukhari)
Jangan Emosi didahulukan nanti menyesal akhirnya, dan jangan Amarah dikedepankan, nanti menyesal di belakangnya Amarah bisa menimbulkan hal-hal yg tdk diinginkan dan cenderung mengajak pada kejelekan. Amarah bisa merugikan diri sendiri dan oranglain jika pada akhirnya tidak terbukti melakukan kesalahan. Bersabarlah, karena dalam bersabar ada kebaikan dan Allah menyukai orang-orang yang sabar.
No comments:
Post a Comment