SPIRIT MBS AL HIKMAH CEPU ๐ป
Memurnikan Hati dalam beribadah hanya kepada Allah SWT, Bagaimana Caranya? Dalam beribadah kepada Allah SWT maupun beramal saleh dalam kehidupan di dunia, niat menjadi hal yang utama. Selain niat, keikhlasan juga diperlukan agar segala usaha yang di lakukan menjadi lebih baik. Keberadaan niat harus disertai pembebasan diri dari segala keburukan, nafsu, dan keduniaan; harus benar-benar ikhlas karena Allah.
Adapun Ikhlas itu sendiri artinya memurnikan tujuan ber-taqarrub kepada Allah SWT dari hal-hal yang mengotorinya. Arti lainnya: menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan dalam segala bentuk ketaatan. Ikhlas adalah syarat diterimanya amal saleh yang dilaksanakan sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW. Ali Akhmadi dalam kitab Tazkiyatun Nafs menyebutkan, bahwa agama Islam merupakan agama yang bersih dari kesyirikan dan riya. Oleh karena itu, Ikhlas menjadi kunci utama dalam menjalankan segala ibadah dan ketentuan yang diperintahkan oleh Allah SWT. Keikhlasan juga banyak dibahas dalam Alquran, seperti dalam Qs. al- An'am ayat 162, "Katakanlah (hai Muhammad) sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb semesta alam." ๐
Ini menunjukkan bahwa keikhlasan dan kepasrahan yang dilakukan Rasulullah dalam menjalankan rangkaian kehidupannya. "Seluruh kehidupan ini adalah ibadah". Dalam QS as-Syura ayat 20 juga dituliskan, "Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagian pun di akhirat."๐
Niat dan keikhlasan serta nikmat yang diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya telah dituliskan dengan gamblang dalam Al-Quran. Jika ada orang yang sibuk dengan urusan kepada Allah SWT, dalam Al-Qur'an dijamin meski ia tidak meminta kenikmatan di dunia akan tetap diberikan. Namun, bagi seorang hamba yang hanya berorientasi pada dunia, ia mendapatkan dunia tanpa mendapatkan akhirat.
Kata ikhlas memang gampang untuk diucapkan, tetapi susah untuk dilaksanakan. Terkadang sudah merasa ikhlas, tapi beberapa menit kemudian bisa jadi ada masalah sehingga niat ikhlas tadi menjadi batal. Kalau ikhlas yang dirasakan karena Allah, tidak akan ada omongan di belakang. Apa yang didapatkan seorang hamba adalah sama dengan apa yang ia ucapkan. Dalam surat Fathir ayat 10, Allah SWT ber firman, "Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur."
Dengan demikian, Ikhlas ini memang tidak mudah, apalagi untuk Allah Swt. Adapun ciri-ciri orang yang ikhlas, dia tidak akan banyak bicara ketika melakukan suatu hal dan niatnya dari awal ditujukan habya kepada Allah. Sikapnya ini juga akan sama ketika ia mendapatkan pujian atau celaan orang lain"
"Wahai nafsu, ikhlaskan niatmu agar terlepas dari belenggu kemalasan"
Itulah syair orang-orang saleh dahulu ketika memanggil nafsu mereka untuk melaksanakan Qiyamullail. Karena ikhlas adalah ruh ketaatan, inti taqarrub, kunci diterimanya amal-amal kebajikan, penyebab datangnya pertolongan dan taufik dari Tuhan semesta alam. Oleh karena itu, pertolongan Allah kepada hamba-Nya yang beriman akan diberikan sesuai dengan kadar keikhlasan dan kesungguhannya dalam beribadah.
Allah menyuruh kita untuk mengikhlaskan niat ibadah kita hanya karena-Nya. Allah berfirman,
َูู َุง ุฃُู ِุฑُูุง ุฅَِّูุง َِููุนْุจُุฏُูุง ุงََّูููู ู ُุฎِْูุตَِูู َُูู ุงูุฏَِّูู ุญََُููุงุกَ ...
Mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan segala ibadah hanya untuk-Nya (Ikhlas), dalam (menjalankan) agama yang lurus, ... (QS. Al-bayyinah : 5)
Nabi saw. memperingatkan umatnya agar beribadah murni karena Allah, bukan karena dunia, syahwat cinta pujian, dan cinta popularitas (riya’, ‘ujub dan sum’ah). Abu Hurairah r.a. menuturkan bahwa Nabi saw. bersabda, :
ู َْู ุชَุนََّูู َ ุนِْูู ًุง ู ِู َّุง ُูุจْุชَุบَู ุจِِู َูุฌُْู ุงَِّููู ุนَุฒَّ َูุฌََّู ูุงَ َูุชَุนََّูู ُُู ุฅِูุงَّ ُِููุตِูุจَ ุจِِู ุนَุฑَุถًุง ู َِู ุงูุฏَُّْููุง َูู ْ َูุฌِุฏْ ุนَุฑَْู ุงْูุฌََّูุฉِ َْููู َ ุงَِْูููุงู َุฉِ
Barangsiapa menuntut ilmu yang seharusnya ditujukan hanya mengharap wajah Allรขh ‘Azza Wa Jalla, namun ternyata ia tidak menuntut ilmu kecuali untuk mendapatkan sedikit dari kenikmatan dunia, maka ia tidak akan mencium bau Surga pada hari Kiamat. (HR. Ahmad, Abu Dawud, dalam Shahih Jami', 6159)
Ibnu Qoyyim berkata: "Menurut kadar niat, kesungguhan, kehendak dan keinginan seseorang untuk beramal saleh, maka sebesar itu pula taufik dan pertolongan Allah datang kepadanya. Pertolongan Allah akan diturunkan kepada seseorang menurut kadar kesungguhan, niat, harapan dan kerendahan hati orang itu. Allah Maha Adil dalam keputusannya, dan Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu. Dia akan meletakkan taufik pada tempat-tempat yang tepat dan akan meletakkan kehinaan pada tempa-tempat yang tepat pula. Dia Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.
Ibnu al-Jauzy berkata: "Hanya dengan kejujuran anda akan selamat, hanya dengan sungguh-sungguh anda akan sukses, gunakanlah waktumu sebaik-baiknya sebelum engkau menyesal. Inilah obat yang bermanfaat yaitu melepaskan punggung dari tempat tidur untuk Qiyamullail". (Ibnu Jauzy, at-Tabshirah, 2/324).
No comments:
Post a Comment