18/09/2023

SPIRIT DAKWAH MBS CEPU

 ๐ŸŒป SPIRIT SMP MBS AL HIKMAH CEPU (Slmt sy) 19/09/2023๐ŸŒป


*Hati-hati Menggunakan Waktu*


*"Berhati-hatilah kamu sekalian dalam mempergunakan waktu selama hidupmu"* (KHA. Dahlan)


“Waktu ibarat pedang, jika engkau tidak menebasnya maka ialah yang menebasmu. Kalimat itu merupakan kutipan dari ucapan Imam Syafi’i Rahimahullah, Dan jiwamu jika tidak kau sibukkan di dalam kebenaran maka ia akan menyibukkanmu dalam kebatilan”. Kalimat tadi menunjukkan betapa pentingnya manusia mengelola waktu yang dimilikinya. Sesuatu yang mudah diucapkan tetapi sulit untuk diterapkan oleh diri ini atau mungkin oleh sebagian besar manusia adalah memanfaatkan waktu.  


Banyak sekali hal yang sudah kita rencanakan tetapi batal dilakukan hanya gara-gara kita tidak pandai memanfaatkan waktu. Padahal waktu tidak akan pernah kembali, waktu tidak pernah bisa diputar kembali. Membiarkan waktu terbuang sia-sia dengan anggapan esok masih ada waktu merupakan salah satu tanda tidak memahami pentingnya waktu.


Menurut KBBI, waktu adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung, tidak seorang pun tahu apa yang akan terjadi pada waktu yang akan datang. Ya, tidak kita atau siapapun dapat mendahului sang Maha Pengatur Waktu. Yang dapat kita perbuat hanyalah menjadikan hadiah Tuhan ini bermanfaat. Jika tidak untuk orang lain, setidaknya bermanfaat bagi diri kita sendiri.


Waktu merupakan anugerah Allah Swt dan kita manusia tidak akan pernah bisa mengaturnya. Yang bisa kita lakukan terhadap waktu adalah memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Sebab, waktu yang hilang tidak mungkin dapat terulang kembali. Jika kesempatan sudah terlewat walau hanya sedetik, niscaya penyesalan yang akan datang kemudian. Meski jelas bahwa Allah lah yang mengatur waktu, menciptakan siang dan malam, tetapi ada kalanya manusia mengeluh dengan waktu yang dilewatinya. Misalnya, ada yang berkata, "Hari ini sungguh sial bagi saya." Atau, "Hari ini tidak seperti hari kemarin, kok jadi gini nasib saya." Sebab, dalam sebuah hadits disebutkan, bahwa Rasulullah saw bersabda, 


ู‚َุงู„َ ุงู„ู„َّู‡ُ ุนَุฒَّ ูˆَุฌَู„َّ ูŠُุคْุฐِูŠู†ِู‰ ุงุจْู†ُ ุขุฏَู…َ ูŠَู‚ُูˆู„ُ ูŠَุง ุฎَูŠْุจَุฉَ ุงู„ุฏَّู‡ْุฑِ. ูَู„ุงَ ูŠَู‚ُูˆู„َู†َّ ุฃَุญَุฏُูƒُู…ْ ูŠَุง ุฎَูŠْุจَุฉَ ุงู„ุฏَّู‡ْุฑِ. ูَุฅِู†ِّู‰ ุฃَู†َุง ุงู„ุฏَّู‡ْุฑُ ุฃُู‚َู„ِّุจُ ู„َูŠْู„َู‡ُ ูˆَู†َู‡َุงุฑَู‡ُ ูَุฅِุฐَุง ุดِุฆْุชُ ู‚َุจَุถْุชُู‡ُู…َุง


”Allah ’Azza wa Jalla berfirman, ’Aku disakiti oleh anak Adam. Dia mengatakan ’Ya khoybah dahr’ [ungkapan mencela waktu,]. Janganlah seseorang di antara kalian mengatakan ’Ya khoybah dahr’ (dalam rangka mencela waktu). Karena Aku adalah (pengatur) waktu. Aku-lah yang membalikkan malam dan siang. Jika suka, Aku akan menggenggam keduanya.” (HR. Muslim no. 6001)


Sementara itu Imam Syafii pernah mengatakan pendapatnya tentang waktu, "Kita mencela zaman kita, padahal celaan itu ada pada diri kita sendiri. Dan zaman kita tidaklah memiliki aib atau celaan kecuali kita sendiri." Maksud dari riwayat-riwayat di atas adalah bahwa sejatinya waktu tidak pernah berubah, pasti ada siang dan ada malam. Hanya saja, perubahan yang terjadi misalnya tahun 2023 ini berbeda dengan tahun 2022 lalu adalah karena adanya perubahan yang ada pada diri setiap manusia. Ada yang di tahun sebelumnya belum menikah, lalu di tahun sekarang sudah menikah, maka tahun yang dilalui pasti akan berbeda karena peran seseorang itu, bukan karena tahunnya.


Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa sebaiknya kita tidak perlu mencela dan mengeluh akan waktu, tetapi justru memanfaatkan waktu untuk hal-hal yang lebih baik lagi. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari besok harus lebih baik dari hari ini.


Penting untuk diketahui bagaimana 'waktu' menurut al-Qur'an bahwa waktu terus berputar dan berlalu tanpa pernah kembali. Dengan demikian, waktu mempunyai tabiat sebagai berikut: 


*1. Waktu Cepat Berlalu*. Sekilas ungkapan di atas sangat sederhana akan tetapi faktanya banyak orang mengetahui akan tetapi tidak mewaspadainya. Jika seseorang mencoba merenungi tentang waktu yang sudah terlewati, maka waktu sangat cepat berlalu, terkadang tidak disadari bahwa usia seseorang terus bertambah dua puluh tahun, tiga puluh tahun, empat puluh tahun, lima puluh tahun dan seterusnya. 

Dengan demikian, al-Qur’an menegaskan hal tersebut ketika ia menggambarkan di antara fenomena hari kebangkitan nanti. Allah swt. berfirman dalam Q.S. al-Nazi’at 79: 46: 


ูƒَุงَู†َّู‡ُู…ۡ ูŠَูˆูۡ…َ ูŠَุฑَูˆูۡ†َู‡َุง ู„َู…ۡ ูŠَู„ุۡจَุซُูˆุۡۤง ุงِู„َّุง ุนَุดِูŠَّุฉً ุงَูˆۡ ุถُุญٰูฎู‡َุง


Artinya: Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari. 


Al-Samarqandiy ketika menafsirkan ayat tersebut mengatakan bahwa orang-orang yang kufur kepada Allah swt. merasa bahwa hidup di dunia cuma sekitar setengah hari, baik di sore hari atau pagi hari.

Beda halnya dengan Abu Hayyan yang mengatakan bahwa ‘asyiyyah adalah satu hari sedangkan duha adalah setengah hari. Menurutnya orang-orang kafir merasa hidup di dunia paling lama adalah sehari bahkan terasa cuma setengah hari.

Senada dengan Abu Hayyan, Ibn Kasir berpendapat bahwa ungkapan tersebut akan keluar jika mereka dibangkitkan dari alam kubur dan digiring ke padang mahsyar, mereka kemudian menganggap masa kehidupan dunia sangat singkat, seakan-akan masanya hanya sehari atau setengah hari 


Ayat di atas kemudian diperkuat oleh ayat lain terkait dengan waktu yang sangat singkat dalam kehidupan dunia ini sebagaimana dalam Q.S. Yunus 10: 45. 


ูˆَูŠَูˆูۡ…َ ูŠَุญุۡดُุฑُู‡ُู…ۡ ูƒَุงَู†ۡ ู„َّู…ۡ ูŠَู„ุۡจَุซُูˆุۡۤง ุงِู„َّุง ุณَุงุนَุฉً ู…ِّู†َ ุงู„ู†َّู‡َุงุฑِ ูŠَุชَุนَุงุฑَูُูˆูۡ†َ ุจَูŠูۡ†َู‡ُู…ۡ‌ؕ ู‚َุฏۡ ุฎَุณِุฑَ ุงู„َّุฐِูŠูۡ†َ ูƒَุฐَّุจُูˆุۡง ุจِู„ِู‚َุงุٓกِ ุงู„ู„ّٰู‡ِ ูˆَู…َุง ูƒَุงู†ُูˆุۡง ู…ُู‡ุۡชَุฏِูŠูۡ†َ


Artinya: Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa) seakan-akan tidak pernah berdiam (di dunia) kecuali sesaat saja pada siang hari, (pada waktu) mereka saling berkenalan. Sungguh rugi orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk.


*2. Waktu Tidak Akan Kembali*. Waktu yang sudah berlalu tidak mungkin kembali lagi. Setiap tahun yang telah berlalu, bulan yang lalu, pekan yang lalu, bahkan menit yang lalu, tidak mungkin bisa dikembalikan sekarang. Inilah yang pernah disampaikan olah al-Hasan al-Basriy: “Tidak ada satu haripun yang menampakkan fajarnya kecuali ia akan menyeru “Wahai anak Adam, aku adalah harimu yang baru, yang akan menjadi saksi atas amalmu, maka carilah bekal dariku, karena jika aku telah berlalu aku tidak akan kembali lagi hingga Hari Kiamat.” 


*3. Aset Yang Berharga* Tabiat waktu di antaranya adalah waktu merupakan aset paling berharga. Ketika waktu adalah sesuatu yang tidak bisa kembali dan tidak bisa tergantikan, maka waktu adalah aset yang paling mahal bagi manusia. Siapa tak kenal pepatah, “Time is Money.” ? Sedemikian berharganya sang waktu, sehingga bila kita tidak memanfaatkannya dengan baik, maka sama saja dengan membuang uang. Dan mahalnya nilai sebuah waktu lantaran ia adalah wadah bagi setiap amal dan produktivitas. Waktu adalah modal utama bagi individu maupun masyarakat. Al-Hasan al-Basriy pernah berkata: “Saya melihat ada segolongan manusia yang memberikan perhatian kepada waktu lebih daripada perhatian kalian terhadap dirham dan dinar”. Waktu tidak bisa dihargai dengan uang, seperti kata pepatah. Karena waktu lebih berharga dari uang, lebih berharga dari emas, harta dan kekayaan. Waktu adalah kehidupan itu sendiri. Karena kehidupan bagi seseorang adalah waktu dan detik-detik yang dijalaninya mulai ia lahir hingga wafat kemudian. Dalam sebuah hadits disebutkan tentang pemanfaatan waktu.


ุนู† ุฌุงุจุฑ ุจู† ุนุจุฏ ุงู„ู„ู‡ -ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ู…ุง- ู‚ุงู„: ุฎุทุจู†ุง ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ -ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…- ูู‚ุงู„: «ูŠุง ุฃูŠู‡ุง ุงู„ู†ุงุณ ุชูˆุจูˆุง ุฅู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ู‚ุจู„ ุฃู† ุชู…ูˆุชูˆุง، ูˆุจุงุฏِุฑูˆุง ุจุงู„ุฃุนู…ุงู„ ุงู„ุตุงู„ุญุฉ ู‚ุจู„ ุฃู† ุชُุดْุบَู„ูˆุง، ูˆุตِู„ُูˆุง ุงู„ุฐูŠ ุจูŠู†ูƒู… ูˆุจูŠู† ุฑุจูƒู… ุจูƒุซุฑุฉ ุฐِูƒุฑูƒู… ู„ู‡، ูˆูƒุซุฑุฉ ุงู„ุตุฏู‚ุฉ ููŠ ุงู„ุณุฑ ูˆุงู„ุนู„ุงู†ูŠุฉ، ุชُุฑْุฒู‚ูˆุง ูˆุชُู†ْุตุฑูˆุง ูˆุชُุฌْุจَุฑูˆุง،.... 

ูˆุงุนู„ู…ูˆุง ุฃู† ุงู„ู„ู‡ ู‚ุฏ ุงูุชุฑุถ ุนู„ูŠูƒู… ุงู„ุฌู…ุนุฉ ููŠ ู…ู‚ุงู…ูŠ ู‡ุฐุง، ููŠ ูŠูˆู…ูŠ ู‡ุฐุง، ููŠ ุดู‡ุฑูŠ ู‡ุฐุง، ู…ู† ุนุงู…ูŠ ู‡ุฐุง ุฅู„ู‰ ูŠูˆู… ุงู„ู‚ูŠุงู…ุฉ، ูู…ู† ุชุฑูƒู‡ุง ููŠ ุญูŠุงุชูŠ ุฃูˆ ุจุนุฏูŠ، ูˆู„ู‡ ุฅู…ุงู… ุนุงุฏู„ ุฃูˆ ุฌุงุฆِุฑ، ุงุณุชِุฎْูุงูุง ุจู‡ุง، ุฃูˆ ุฌُุญُูˆุฏุง ู„ู‡ุง، ูู„ุง ุฌู…ุน ุงู„ู„ู‡ ู„ู‡ ุดَู…ْู„ู‡، ูˆู„ุง ุจุงุฑูƒ ู„ู‡ ููŠ ุฃู…ุฑู‡، ุฃู„َุง ูˆู„ุง ุตู„ุงุฉ ู„ู‡، ูˆู„ุง ุฒูƒุงุฉ ู„ู‡، ูˆู„ุง ุญุฌ ู„ู‡، ูˆู„ุง ุตูˆู… ู„ู‡، ูˆู„ุง ุจِุฑَّ ู„ู‡ ุญุชู‰ ูŠุชูˆุจ، ูู…ู† ุชุงุจ ุชุงุจ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡، ุฃู„ุง ู„ุง ุชُุคู…َّู† ุงู…ุฑุฃุฉ ุฑุฌู„ุง، ูˆู„ุง ูŠَุคُู… ุฃุนุฑุงุจูŠ ู…ُู‡ุงุฌุฑุง، ูˆู„ุง ูŠุคู… ูุงุฌุฑ ู…ุคู…ู†ุง، ุฅู„ุง ุฃู† ูŠَู‚ْู‡ุฑู‡ ุจุณู„ุทุงู†، ูŠุฎุงู ุณูŠูู‡ ูˆุณَูˆْุทู‡»

.

Jฤbir bin Abdillah -raแธiyallฤhu 'anhumฤ- memberitahukan bahwa Rasulullah -แนฃallallฤhu 'alaihi wa sallam- pernah berkhotbah di hadapan mereka, beliau bersabda, "Wahai manusia, bertobatlah kepada Allah sebelum kalian meninggal, bersegeralah untuk melakukan amal saleh sebelum kalian disibukkan dengan sakit, usia lanjut atau yang lainnya. Sambunglah antara kalian dan Rabb kalian dengan memperbanyak berzikir, banyak bersedekah secara sembunyi atau terang-terangan, niscaya Allah akan memberi kalian rezeki yang luas, menolong kalian terhadap musuh-musuh kalian serta memperbaiki seluruh kondisi kalian....

Ketahuilah, sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada kalian shalat Jumat di tempat berdiriku ini, di hariku ini, di bulanku ini dari tahunku ini hingga hari kiamat. Barangsiapa meninggalkannya di waktu hidupku atau setelahku, dan dia memiliki imam yang adil atau zalim, karena meremehkan atau mengingkari kewajibannya, maka Allah tidak akan menyatukan urusannya yang tercerai-berai dan usahanya tidak akan diberkahi. Tidak ada shalat, tidak ada zakat, tidak ada haji, tidak ada puasa, dan tidak ada amal kebaikan baginya hingga ia bertobat. Maka barangsiapa bertobat, Allah akan menerima tobatnya. Kemudian beliau melarang seorang perempuan untuk mengimami laki-laki, atau orang badui mengimami seorang muhajir, karena dari karakter orang badui adalah tidak berilmu dan karakter seorang muhajir adalah berilmu, dan melarang orang fasik untuk mengimami orang Mukmin, kecuali jika ia memaksanya dengan kekuasaan yang ia khawatir akan keselamatan dirinya. (HR. Ibnu Majah)

No comments:

Post a Comment