22/09/2023

Perilaku Durhaka pada Orangtua

 



SPIRIT MBS CEPU 🌻

        Durhaka dalam bahasa Arab disebut dengan al-'uquuq, berasal dari al-'aqqu yang satu akar kata dengan al-qath'u yang berarti memutus, merobek, membelah atau memotong. Adapun anak durhaka dalam Islam disebut dengan "uquuqul walidain". Yakni perbuatan atau ucapan yang bisa menyakiti hati dan memutus hubungan orang tua.

        Dalam Islam, durhaka kepada orang tua termasuk ke dalam kategori dosa besar. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Dari Abdullah bin 'Amr, ia berkata: Ada seorang Arab Badui yang datang kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata, "Wahai Rasulullah, apakah dosa besar itu?". Lalu Rasulullah menjawab, "Isyrak (menyekutukan Allah)". Lalu orang Badui tersebut tanya lagi, "Kemudian apa?" Beliau menjawab, "Kemudian durhaka kepada dua orang tua,". Ia bertanya lagi, "Kemudian apa?" Rasulullah menjawab, "Sumpah yang menjerumuskan". Aku bertanya, "Apa sumpah yang menjerumuskan itu?" Rasulullah kemudian menjawab, "Sumpah yang menjadikan dia mengambil harta seorang muslim". (Hadits Riwayat Bukhari).

        Orangtua telah melakukan banyak pengorbanan untuk membesarkan kita. Dari bayi hingga kita dewasa, betapa banyak peluh dan lelah yang mereka habiskan. Tentu hal ini tak cukup menjadi alasan kita untuk berbuat baik pada orang tua. Menjadi anak yang baik adalah kewajiban. Nah, supaya kita tidak dicap sebagai golongan anak yang durhaka, maka hindari beberapa hal di bawah ini ya.

1. Bermuka masam, cemberut dan membentak orangtua.

            Jangan suka memasang muka masam (cemberut) atau kesal kepada orangtua hanya karena tidak suka mendengar nasehatnya. Orangtua selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya dan nasehat yang mereka berikan juga untuk kebaikan diri kita sendiri. Bahkan, seorang anak dilarang untuk mengeluarkan kata-kata yang menyakiti hati orang tuanya. 

            Jangan lukai hati orangtua dengan bentakan kita seberapa pun kekesalan kita pada orangtua karena sesuatu hal, namun jangan pernah meninggikan suara kita di atas suara mereka. Sedikit saja teriakan kemarahan dan bentakan kita mampu membuat hatinya sangat  hancur dan sudah dipastikan Allah pasti akan memurkai kita. Jangankan bentakan, suara mendesis seperti "cis" atau pun "ah" itu  sudah termasuk bentuk kedurhakaan. Larangan berkata 'ah' ini terdapat dalam QS. Al Isra ayat 23 sebagai berikut


۞ وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا


Artinya: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia". 

Menurut Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah bahwa yang dimaksud dengan ayat di atas,

فلا تؤفف من شيء تراه من أحدهما أو منهما مما يتأذّى به الناس، ولكن اصبر على ذلك منهما، واحتسب في الأجر صبرك عليه منهما، كما صبرا عليك في صغرك

“Janganlah berkata ah, jika kalian melihat sesuatu dari salah satu atau sebagian dari keduanya yang dapat menyakiti manusia. Akan tetapi, bersabarlah dari mereka berdua. Lalu raihlah pahala dengan bersabar pada mereka sebagaimana mereka bersabar merawatmu kala kecil.” (Tafsir Ath-Thabari, 15:82)

Syaikh As-Sa’di rahimahullah berkata,


هَذَا أَدْنَى مَرَاتِبِ الأَذَى نُبِّهَ بِهِ عَلَى مَا سِوَاهُ وَالمعْنَى وَلاَ تُؤَذِّهِمَا أَدْنَى أَذِيَّةٍ

“Ini adalah bentuk menyakiti orang tua yang paling ringan, hal ini diingatkan dari bentuk menyakiti lainnya. Maknanya adalah jangan sakiti keduanya walaupun itu dianggap ringan.” (Tafsir As-Sa’di, hlm. 479)

            Jadi kalau kita simpulkan, berkata 'ah' atau 'uff' merupakan bentuk perbuatan menyakiti perasaan orang tua termasuk durhaka (‘uquq walidain). 

                Imam Nawawi dalam Al-Minhaj Shahih Muslim (2:78) berkata, ”‘Uququl walidain atau durhaka kepada orang tua adalah:

مَايَتَأَذَّى بِهِ الوَالِدَ

“Segala bentuk menyakiti orang tua.”


2. Mencela dan mengumpat Terang-terangan 

             Mencela dan mengumpat orangtua juga termasuk perilaku durhaka, maka jangan sesekali membuat hati mereka sedih karena bila mereka sudah tidak ridho dengan kita sudah pasti Allah juga tidak akan meridhoi kita. Bayangkan bagaimana perasaan mereka, selama ini mereka telah berjasa di dalam hidup kita dan bersusah payah demi kita anak-anaknya,  sementara dengan mudahnya kita berlaku buruk pada mereka. 


وَعَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: – مِنْ اَلْكَبَائِرِ شَتْمُ اَلرَّجُلِ وَالِدَيْهِ. قِيلَ: وَهَلْ يَسُبُّ اَلرَّجُلُ وَالِدَيْهِ? قَالَ: نَعَمْ. يَسُبُّ أَبَا اَلرَّجُلِ, فَيَسُبُّ أَبَاهُ, وَيَسُبُّ أُمَّهُ, فَيَسُبُّ أُمَّهُ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Termasuk dosa besar ialah seseorang memaki orang tuanya.” Ada seseorang bertanya, “Mungkinkah ada seseorang yang memaki orang tuanya sendiri?” Beliau bersabda, “Ya, ia memaki ayah orang lain, lalu orang lain memaki ayahnya dan ia memaki ibu orang lain, lalu orang itu memaki ibunya.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 5973 dan Muslim, no. 90]

            Isi kandungan hadits itu adalah Hak orang tua harus benar-benar diperhatikan oleh kita sebagai anaknya.

            Kita sebagai anak tidak boleh menjadi sebab orang tua kita dicela orang lain. Ini termasuk dosa besar. Para sahabat radhiyallahu ‘anhum sangat berbakti dan berakhlak mulia di hadapan orang tuanya karena itu mereka sampai bertanya “Mungkinkah ada seseorang yang memaki orang tuanya sendiri ?” Ini bisa menjadi contoh buat kita.

            Hadits ini jadi dalil mengenai saddudz dzaraa-i’ (menutup pintu pada keharaman yang lebih parah), yaitu siapa yang akan mengarah kepada keharaman, maka hendaknya ia dicegah untuk melakukannya walaupun ia tidak memaksudkan melakukan yang haram tersebut. Di sini, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang memulai mencela bapak orang lain, agar bapaknya tidak dibalas dicela orang. Walaupun di sini bukan maksudnya mencela bapaknya sendiri secara langsung. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَعَنَ اللهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللهِ، وَلَعَنَ اللهُ مَنْ آوَى مُحْدِثًا، وَلَعَنَ اللهُ مَنْ لَعَنَ وَالِدَيْهِ، وَلَعَنَ اللهُ مَنْ غَيَّرَ الْمَنَارَ

“Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah, Allah melaknat orang yang menyembunyikan (melindungi) penjahat, Allah melaknat orang yang melaknat kedua orang tuanya, dan Allah melaknat orang yang memindah (menggeser) batas (patok) tanah.” (HR. Muslim no. 1978)


3. Menelantarkan dan berlaku kasar terhadap orangtua. 

            Jika orangtua kita sudah mulai lanjut usia, maka sudah saatnya tugas kita  berbakti, balaslah jasa mereka karena pintu surga ada pada orangtua dan kesempatan kita untuk berbakti terbuka lebar. Mereka telah merawat kita dari kecil dan sekarang giliran kita berbakti pada mereka, jangan telantarkan mereka sendirian tanpa ada yang menjaga, atau bahkan membawa mereka ke Panti Jompo karena takut akan menyusahkan kita. Jangan tunggu penyesalan datang ketika mereka sudah tiada.

            Sudah banyak kejadian yang sering kita dengar berupa kekerasan fisik yang dilakukan seorang anak terhadap ibu atau ayahnya, ada yang tega memukul, menendang bahkan menghabisi nyawa orangtua yang berujung di jeruji besi. Tidak sepantasnya orang yang selama ini merawat kita dari kecil namun ketika kita besar malah melakukan perbuatan sangat tidak terpuji pada orangtua, di mana hati nurani kita ? Hadits tentang seperti itu diriwayatkan Ibnu Majah berikut ini:

اِنَّ اللَّهَ يوصيكم بأمَّهاتِكُم ثلاثًا، إنَّ اللَّهَ يوصيكم بآبائِكُم، إنَّ اللَّهَ يوصيكم بالأقرَبِ فالأقرَبِ

Artinya :"sesungguhnya Allah berwasiat 3x kepada kalian untuk berbuat baik kepada ibu kalian, sesungguhnya Allah berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada ayah kalian, sesungguhnya Allah berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada kerabat yang paling dekat kemudian yang dekat" (HR. Ibnu Majah, shahih dengan syawahid-nya).

            Doa ibu sejati kepada anaknya tidak akan pernah putus. Seorang ibu sejati akan selalu setia mendoakan anaknya, dengan melakukan perbuatan dan akhlak yang baik akan  membuat seorang ibu bangga terhadap anaknya. Sehingga sudah seharusnya seorang anak berbakti kepada ibu dan ayahnya. 


4. Tidak patuh pada perintah orangtua

            Sering kita lihat atau bahkan ada yang sudah merasakan kejadian atau kesialan yang menimpa seorang anak yang tidak mau mendengar nasehat orangtuanya, kadang kesedihan orangtua atas perlakuan anak bisa menjadi bencana di masa hidupnya. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

« رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ». قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا ثُمَّ لَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ »

Artinya: “Sungguh terhina, sungguh terhina, sungguh terhina.” Ada yang bertanya, “Siapa, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, "(Sungguh hina) seorang yang mendapati kedua orangtuanya yang masih hidup atau salah satu dari keduanya ketika mereka telah tua, namun justru ia tidak masuk surga.” (HR. Muslim)

            Contohnya saja anak yang tidak mendapat restu menikah dari orangtua namun tetap memaksakan diri, lama kelamaan rumah tangga mereka menjadi  berantakan atau malah bercerai karena tidak ada keberkahan, dan contoh lain ada juga anak yang diam-diam berpacaran, padahal sudah dilarang, tiba-tiba di jalan mendapat musibah kecelakaan. Kejadian tersebut juga merupakan bentuk kemarahan Allah dalam bentuk musibah dan teguran. 

            Jadi, jangan pernah sakiti orangtua kita, karena salah satu akibat yang akan kita dapat di dunia yaitu adzab berupa hidup sengsara, tak selesai sampai di situ, kelak di akhirat kita akan  mendapat siksa serta diharamkan masuk surga karena durhaka pada orangtua termasuk dosa besar. Berbaktilah kepada orang tua untuk memanjangkan umur dan menambah rezeki kita.


عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ،قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُمَدَّ لَهُ فِي عُمْرِهِ، وَأَنْ يُزَادَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، فَلْيَبَرَّ وَالِدَيْهِ، وَلْيَصِلْ رَحِمَهُ.

Artinya: “Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; “Siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezkinya, maka hendaknya ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan menyambug silaturrahim (kekerabatan).” (HR. Ahmad)


            Berbaktilah pada orangtua walau emas setinggi gunung pun takkan mampu membalas segala jasa mereka. Jika kita belum bisa membahagiakan orangtua, setidaknya jangan menyusahkan hidup mereka dengan perlakuan buruk kita !

No comments:

Post a Comment