Alhamdulillah kita panjatkan syukur kepada Allah SwT, yang dengan rahmat dan nikmatnya, kita masih diberi kesempatan untuk mengecap dan menikmati udara yang segar serta menyejukkan di tahun 2020 ini.
Seiring dengan itu mesti kita sadari bahwa umur kita telah bertambah satu tahun, tetapi usia kita telah berkurang pula satu tahun, dan batas waktu serta kesempatan untuk berbuat dan beramal telah bertambah sempit dan berkurang juga.
Lima belas abad yang lampau Khalifah Umar telah menyadari betapa pentingnya hidup, sehingga beliau memberi peringatan
Artinya: Bikinlah perhitungan sebelum kita diperhitungkan orang.
Membuat perhitungan berarti kita mengadakan koreksi terhadap diri, usaha dan tindak tanduk kita pada masa lampau mengenai salah atau benar, sesuai atau tidak dengan kehendak dan perintah Allah SwT
Sidang Jum’at yang berbahagia.
Dalam Al-Qur’an sering kita baca, bahwa Tuhan telah menjanjikan bantuannya kepada orang-orang yang mentaatinya. Banyak sekali ayat dan firman Allah dalam Al-Qur’an yang menjanjikan kemenangan- kemenangan dan kehidupan yang baik di dunia. Diantaranya firman Allah yaitu:
"Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki- laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.
Dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (Q.s. An-Nahl: 97)
Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Apakah sebabnya gerangan, maka sampai hari ini, janji Allah itu, masih merupakan janji saja dan belum menjadi kenyataan? Apakah Allah yang tidak menepati janjinya,
ataukah kita yang tidak masuk ke dalam golongan yang telah dijanjikan Allah itu? Kita harus yakin bahwa Allah tidak pernah menyalahi diri.
"Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji." (Q.s. Ali Imran: 9)
Oleh sebab itu, pada tahun sekarang ini, mari kita adakan koreksi terhadap diri dan masyarakat kita, mengapa Allah belum juga memberikan janjinya itu kepada kita. Mengapa kita belum juga hidup aman, makmur dan bahagia? Marilah kita bertanya kepada diri kita masing- masing. Sudahkah kita buktikan ketaatan kita kepada Allah dalam segala gerak-gerik, tingkah laku dan amal perbuatan kita? Sudahkah kita berbuat dan melaksanakan tugas- tugas yang diwajibkan Allah kepada kita? Sudahkah kita melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar terhadap diri kita dan juga masyarakat kita?
Makin lama, makin berkurang juga orang berbuat baik dan bertambah banyak orang berbuat maksiat dan belum ada juga tangan mengulurkan hendak menutup pintu- pintunya, apalagi kita masih belum mampu melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar terhadap diri sendiri, keluarga serta kerabat.
Kaum Muslimin yang berbahagia.
Setiap pribadi Muslim tidak boleh putus asa dan frustrasi menghadapi kejadian-kejadian maksiat ini. Di sinilah terletak perjuangan hidup karena hidup ini adalah berjuang. Selama hayat dikandung badan kewajiban amar ma’ruf nahi munkar ini akan berjalan terus menerus. Bahwa di dalam masyarakat nanti akan dijumpai 4 (empat ) macam keadaan mengenai pelaksanaan amar ma’ruf nahi munkar, antara lain :
Pertama: Pada suatu masa akan ditemukan isteri-isteri yang durhaka dan membangkang kepada suaminya, yang tidak setia, yang menyeleweng, dan sebangainya.
Kedua: Dalam masyarakat akan muncul juga orang yang bersikap masa bodoh apatis, dia tidak mau lagi mengajak orang lain berbuat yang ma’ruf, sebagaimana ia tidak perduli meskipun kemunkaran bergelimpangan di bawah kelopak matanya.
Ketiga: Pemandangan sebagaian orang berkunang-kunang dan kabur, yang hitam dipandangnya putih, yang merah kelihatan biru, dan lain-lain.
Keempat: Kelompok orang-orang yang suka memutar balikkan fakta atau kenyataan dan norma-norma yang sehat. Penjual bangsa dikatakan pahlawan bangsa, dan patriot-patriot penegak hukum dan keadilan dianggap sebagai pengkhianat sebagaimana yang sering terjadi pada masa orde lama.
Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah.
Kewajiban amar ma’ruf nahi munkar yang pertama kali ditujukan kepada diri sendiri dan yang kedua kepada keluarga kita, kemudian kepada masyarakat sebagaimana firman Allah SwT :
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (Q.s. At-Tahrim: 6)
Untuk mengetahui suatu perbuatan baik atau jahat, ma'ruf atau munkar, kita tidak dapat dan tidak bisa mempergunakan ukuran sendiri. Penilaian dengan menggunakan ukuran sendiri adalah suatu penilaian yang subyektif, yang amat jarang sekali mendekati kebenaran. Oleh karena itu, Allah SwT telah memberikan kriteria dengan firman-Nya:
"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan. Akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, Nabi-Nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta- minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, menunaikan zakat; dan orang- orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang- orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang- orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa." (Q.s.Al-Baqarah: 177)
Jadi kriteria yang harus kita pergunakan untuk menilai dan memberi penilaian terhadap segala sesuatu, harus kriteria yang telah diberikan dan ditunjukkan Allah SwT. Tanpa menggunakan kriteria Allah SwT ini, maka kita akan berada pada situasi dan keadaan sebagaimana yang dilukiskan oleh Rasulullah saw tadi, dan akan selalu dalam bimbang dan ragu. Bertolak dari kriteria Allah SwT inilah kita melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, karena dijiwai oleh keimanan dan keyakinan kita kepada Allah SwT.
KHUTBAH KE 2 ( DIAWALI MUQODIMAH LAGI )
DO'A
No comments:
Post a Comment